Sastra Tahun 1920-an

  1. Sastra Balai Pustaka (BP)
    Istilah Balai Pustaka : a. Badan Penerbit
                                     b. Angkatan dalam Sastra Indonesia
    Keterangan:
    1. Balai Pustaka sebagai badan penerbit
             a. Kedudukannya : Badan pemerintah Belanda sebagairealisasi politik etis
             b. Tugas Balai Pustaka : - Penerbitan cerita rakyat di Indonesia.
                                                  - Menerjemahkan dan menyadur cerita asing.
                                                  - Menerbitkan karya asli Indonesia.
                                                  - Menerbitkan majalah berbagai bahasa daerah.
                                                  - Mendistribusikan buku secara luas.
             c. Peranan Balai Pustaka terhadap perkembangan Sastra Indonesia (A. Teeuw)
                  - Memberi peluang kepada pengarang Indonesia
                  - Memberi pengetahuan bidang karang - mengarang
                  - memberi inspirasi dan memperkaya pengalaman pengarang (penyebaran luas)
             d. Pimpinan Balai Pustaka : Dr. GAJ Hazeu; D.A Rinkes; Dr. G.W.J Drewe; K.H.A Hidding
       
    Sebagai badan usaha pemerintah Belanda tak mengherankan bila karangan yang dapat diterima harus memenuhi syarat yang dituangkan Nota Rinkes, yaitu :
    1. Karangan harus menambah kecerdasan dan memberikan pendidikan budi pekerti
    2. Karangan tidak bertentangan dengan kebijakan politik Belanda
    3. Karangan harus netral Agama


    2. Balai Pustaka sebagai nama angkatan dalam Sastra Indonesia
        a. Konsepsi angkatan Balai Pustaka  : Pendidikan budi pekerti
        b. Pengarang                                    : kabanyakan dari Sumatra Barat yang patuh pada bahasa Melayu
        c. Karakterisasi sastra Balai Pustaka
           a) tema pokok kawin paksa: cross cousin, harta, kedudukan/keturunan
           b) pertentangan paham antara yang tua dan yang muda
           c) unsur nasionalisme belum jelas
           d) cerita sesuai dengan realita
           e) analisis kejiwaan tokoh tidak mendalam
            f) bahasanya adalah bahasa Indonesia awal atau yang disebut dengan bahasa Melayu Umum
           g) genre sastra berupa novel sedang puisi masih puisi lama
       d. Tiga pengarang penting angkatan Balai Pustaka
           1) Marah Rusli. Karyanya antara lain adalah Siti Nurbaya
           2) Abdul Muis : Novelnya yang berjudul Salah Asuhan sudah bertema kawin campur.
           3) Nur Sutan Iskandar
       e. pengarang lain
           1) Aman Datuk Mojoindo dan M. Kasim : Keduanya pengarang lucu
           2) Tulia Sutan Saiti dan Selasih/Saadah Alim : Keduanya adalah pengarang wanita
           3) Merari Siregar: Novelnya Azab dan Sengsara merupakan novel yang cukup populer kala itu
  2. Sastra di luar Balai Pustaka
    a. Sastra yang bertendensi politik
       a) Mas Marco Kartodikromo : Pernah dibuanh ke Digul dan beliau meninggal di sana
                                                      Karyanya : Studen Hijo; Hikayat Sujanmo; Rasa Merdeka
       b) Semaun : Ia adalah seorang tokoh komunis di Indonesia, karyanya adalah Hikayay Kadiroen
    b. Sastra yang bersifat literer (Tendensi Sastra)
        Pengarang yang tergabung didalamnya dikenal sebagai Pra- Pujangga Baru, mereka adalah :
       1) Muh. Yamin (Negarawan, sejarawan, sastrawan)
           Beliau dikenal sebagai pembaharu puisi di Indonesia dengan bentuk sonetanya bersama Rustam
           Rustam Effendi. Mereka juga dikenal sebagai Bapak Soneta Indonesia. Karya-karyanya antara
           lain adalah Puisi berjudul Tanah Air 1922 (Sumatra), Indonesia Tumpah Darahku 26 Oktober
           1928, Ken Arok dan Ken Dedes, Gajah Mada, dan Menantikan Surat dari Raja
       2) Rustam Effendi
           Kalau M. Yamin dan Rustam Effendi dikenal sebagai pembaharu puisi di Indonesia, maka Marah Rusli dan Abdul Muis dikenal sebagai pembaharu Novel di Indonesia. Dua buah karangan Rustam Effendi adalah Bebasari (drama bersajak) dan Percikan Permenungan (kumpulan puisi). Kedua karyanya ini memiliki hubungan suasana dan saat yang bersamaan. Bebasari merupakan sastra simbolik. Bila Bebasari menggunakan suasana Heroik, maka Percikan Permenungan menggambarkan suasana erotik dan romantik
       3) Sanusi Pane
           Ia mulai menulis sejak tahun 1920-an, namun ia akan lebih menonjol sebagai sastrawan Angkatan Pujangga Baru. Pada masa sebelum lahirnya angkatan Pujangga Baru ia telah menulis beberapa sajak yang dikumpulkan dengan judul Puspa Mega.
           

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel