Relasi Penjajah Versus Terjajah dalam roman "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer (Bagian 1)
Thursday, July 21, 2011
Edit
1. Relasi yang Bersifat Hierarkis, Dominatif, dan Menindas
a. Robert Suurhof-Minke
Robert Suurhof seorang indo yang mengaku dirinya Eropa (Belanda) secara terbuka menghina dan melecehkan Minke yang Pribumi sebagai buaya dan buaya darat dari kelas kambing. Hal ini jelas pada kutipan berikut
“Dengar dulu, aku akan bertanya : Hai, philogynik, mata kranjang, buaya darat, mana haremmu? Rupa-rupanya kau masih anggap aku sebagai Jawa yang belum beradab” (BM : 9)”
“Cuma Suurhof bilang : hati-hati pada Pribumi dekil bernama Minke, buaya darat kelas kambing” (BM : 94)
Dua kutipan di atas menunjukan Robert Suurhof sebagai seorang indo, memiliki karakteristik penjajah, kolonialisme Belanda, atau Eropa yang begitu mudah memberi predikat pada Minke selaku terjajah, dan pribumi.
b. Tuan Herman Mellema-Sanikem (Nyai ontosoroh)
Relasi antara Tuan Herman Millema dan Sanikem sangat hierarkis, dominatif, menindas dan memperkosa. Hubungan antarasebagai penjajah dan terjajah da antara keduanya dalam roman Bumi Manusia digambarkan ketika Sanikem seorang gadis desa yang baru berumur 14 tahun dipaksa (diperkosa) oleh Tuan Herman Mellema, Tuan Besar Kuasa, untuk melayani nafsu birahinya.
c. Tuan Herman Mellema-Minke
Relasi penjajah – terjajah yang sangat hierarkis dan dominatif dalam roman ini juga dipresentasikan oleh relasi antara Tuan Herman Mellema dan Minke. Sebagai golongan yang berada pada lapisan sosial paling tinggi Tuan Herman Mellema memandang dirinya paling superior dalam peradaban, dan sebaliknya memandang rendah pada minke sebagai Pribumi.
“Kowe kira, kalo sudah pake pakean Eropa, bersama orang eropa bisa sedikit bicara Belanda lantas jadi Eropa? Tetap saja Monyet!” (BM : 35)
d. Robert Mellema- Nyai Ontosoroh
Robert Mellema, anak pertama Nyai Ontosoroh dengan Tuan Mellema, seperti halnya Robert Suurhof mengaku dirinya sebagai orang Eropa asli, meski sesungguhnya orang indo.Oleh karena itu, karakternya pun memperlihatkan dirinya sebagai seorang penjajah. Karakternya yang semacam itu ia perlihatkan pada ibunya Nyai Ontosoroh, seperti pada kutipan berikut ini
“Dia lulus, tapi tak mau meneruskan juga tak mau bekerja. Sepak bola, berburu dan berkuda. Itu saja. Mengapa dia tidak membantu mama? Dia pembenci Pribumi, kecuali
keenakannya, kata mama. Bagi dia tak ada yang lebih agung dari pada orang Eropa dan semua orang Pribumi harus tunduk padanya. Dia mau menguasai seluruh perusahaan. Semua orang harus bekerja untuknya termasuk Mama dan aku (BM : 55)
e. Robert Suurhof-Annelis
Dalam Roman, Robert Mellema dideskripsikan sebagaimana umumnya karakter penjajah yang kejam dan sangat tidak bermoral karena memperkosa adikya sendiri, yaitu Annelis. Dalam hal ini ia tidak melihat Annelis sebagai adik kandungnya, tetapi seorang gadis pribumi yang memang memiliki daya eksotis atau daya tarik yang mengundang untuk dikuasai dan dimiliki. Terlihat pada kutipan berikut
“Dipeluknya aku dengan tangan kirinya dan sekaligus menyumbat mulutku. Aku tahu akan dibunuh. Dan aku meronta, mencakari mukanya. Otot-ototnya yang kuat tak dapat aku lawan....Kemudia ternyata dia hendak perkosa aku, sebelum membunuh. Ia sobeki pakaianku....Kubelitkan kedua belah kakiku seperti tambang, tapi ia urai dengan lututnya yang perkasa, kecelakaan itu tak dapat dihindarkan (BM: 220)