Duryudana Memangku Jabatan : Duryudana menjadi Raja Muda
Monday, September 3, 2012
Edit
Duryudana menyadari dengan jumlah saudaranya yang sangat banyak maka itu tanggung jawab orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya cukup berat. Sementara dengan cacat kebutaannya Destharastra, ayahnya tidak diberi kepercayaan untuk mewarisi tahta kerajaan. Tahta dipercayakan kepada pamanny, Raden Pandhudewanata. Kerena hal inilah maka tumbuh rasa tidak senang terhadap putera-putera Raden Pandhydewanata yaitu Pandawa. Rasa tidak senang ini kian menjadi-jadi setelahDuryudana mendapat penjelasan dari ibunyatentang haknya terhadap negara Astina. Duryudana berniat ingin merebut kedudukan Prabu Pandhudewanata.
"Ayah Destharastra adalah putera Eyang Abyasa, maka ayahlah yang seharusnya menduduki tahta. Jika ayah menduduki tahta, kelak akulah yang menggantikannya. Sekarang yang menjadi raja adalah paman Pandhudewanata, kelak negeri Astina pasti akan jatuh ke tangan Pandawa. Ah, itu tidadk benar. Penyimpangan atas hal itu perlu aku luruskan. Akulah yang harus memimpin adik-adikku menyingkirkan Pandawa. Mampukah aku melawan Pandawa? Padahal adik-adikku masih kecil-kecil dan kemampuannya kalah dengan Pandawa. Ketika bersama-sama sekolah di Sokalima berguru kepada panembahan Durna ternyata Pandawa semuanya pandai sedangkan aku biasa-biasa saja. Adik-adikku kesukaannya hanya membuat gaduh saja. Waktu pendadaran aku kalah dengan Bratasena. Puntadewa, Pinten, Tangsen, lebih-lebih Permadi dapat menunjukkan prestasinya yang luar biasa. Aduh, pusing kepalaku, bagaimana caranya agar aku dapat mencapai cita-citaku? Apa mungkin paman Sengkuni dapat memberi petunjuk kepadaku?" kata Duryudana pada suatu hari.
Duryudana seakan terpacu dengan waktu. Dari hari ke hari, bulan demi bulan, ia belum juga menemukan jalan. Suatu peristiwa yang yang menggembirakan muncul ketika terjadi perang besar antara Astina dan Pringgandani. Prabu Pandhudewanata dikalahkan oleh Prabu Tembaka. Ia gugur di medan perang dan mengakibatkan kekosongan pemimpin di Astina. kemudian diadakan sidang istimewa keluarga kerajaan untuk memilih pengganti Prabu Pandhudewanata. Sidang memutuskan bahwa pengganti raja adalah Raden Destharastra.
Duryudana mulai mempunyai gambaran tentang kemungkinan memperoleh jalan menumpas Pandawa. Dia memberanikan diri memohon kepada ayahnya agar dia diizinkan memangku jabatan atau menjalankan tugas raja Astina. Permohonan Duryudana dikabulkan. Diangkatlah dia menjadi raja Astina dengan gelar Prabu Anom Kurupati. Dalam acara penobatan, Prabu Destharastra berpesan kepada puteranya " Nanda Duryudana, kebahagiaan ini janganlah hanya dinikmati oleh keluarga Kurawa saja. hendaknya keluarga Pandawa juga ikut menikmatinya. ketahuilah bahwa Pandawa dan Kurawa satu keturunan, yaitu keturunan Bathara yang mendirikan negeri Astina. Nanda, ketahuilah pula bahwa yang mempunyai hak waris negeri Astina adalah keluarga Pandawa, sebab Pandawa adalah putera Prabu Pandhudewanata. Dan ingatlah bahwa engkau menjabat raja di Astina hanya selama anak-anak Pandawa belum dewasaa. Jika Pandawa telah dewasa dan mampu memegang pemerintahan, nanda harus rela menyerahkan tahta kerajaan kepada Pandawa"
Duryudana dengan rasa berat mengucapkan kesediaannya mematuhi pesan ayahnya. dalam hati Duryudana tetap memegang teguh pada pendiriannya bahwa negeri Astina menjadi miliknya. Pandawa harus menyingkir dari Astina, kalau perlu di bunuh semuanya.
Semenjak dinobatkan menjadi raja muda Duryudana menjadi sangat senang. Dalam benaknya segala keinginan dapat diwujudkan. Rakyat Astina menaruh rasa hormat kepadanya, juga kepada adik-adiknya. Hal itu membesarkan hati Duryudana untuk meneruskan niatnya. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, ia didampingi oleh patih Sengkuni yang pandai bersiasat dan penuh tipu muslihat.
"Ayah Destharastra adalah putera Eyang Abyasa, maka ayahlah yang seharusnya menduduki tahta. Jika ayah menduduki tahta, kelak akulah yang menggantikannya. Sekarang yang menjadi raja adalah paman Pandhudewanata, kelak negeri Astina pasti akan jatuh ke tangan Pandawa. Ah, itu tidadk benar. Penyimpangan atas hal itu perlu aku luruskan. Akulah yang harus memimpin adik-adikku menyingkirkan Pandawa. Mampukah aku melawan Pandawa? Padahal adik-adikku masih kecil-kecil dan kemampuannya kalah dengan Pandawa. Ketika bersama-sama sekolah di Sokalima berguru kepada panembahan Durna ternyata Pandawa semuanya pandai sedangkan aku biasa-biasa saja. Adik-adikku kesukaannya hanya membuat gaduh saja. Waktu pendadaran aku kalah dengan Bratasena. Puntadewa, Pinten, Tangsen, lebih-lebih Permadi dapat menunjukkan prestasinya yang luar biasa. Aduh, pusing kepalaku, bagaimana caranya agar aku dapat mencapai cita-citaku? Apa mungkin paman Sengkuni dapat memberi petunjuk kepadaku?" kata Duryudana pada suatu hari.
Duryudana seakan terpacu dengan waktu. Dari hari ke hari, bulan demi bulan, ia belum juga menemukan jalan. Suatu peristiwa yang yang menggembirakan muncul ketika terjadi perang besar antara Astina dan Pringgandani. Prabu Pandhudewanata dikalahkan oleh Prabu Tembaka. Ia gugur di medan perang dan mengakibatkan kekosongan pemimpin di Astina. kemudian diadakan sidang istimewa keluarga kerajaan untuk memilih pengganti Prabu Pandhudewanata. Sidang memutuskan bahwa pengganti raja adalah Raden Destharastra.
Duryudana mulai mempunyai gambaran tentang kemungkinan memperoleh jalan menumpas Pandawa. Dia memberanikan diri memohon kepada ayahnya agar dia diizinkan memangku jabatan atau menjalankan tugas raja Astina. Permohonan Duryudana dikabulkan. Diangkatlah dia menjadi raja Astina dengan gelar Prabu Anom Kurupati. Dalam acara penobatan, Prabu Destharastra berpesan kepada puteranya " Nanda Duryudana, kebahagiaan ini janganlah hanya dinikmati oleh keluarga Kurawa saja. hendaknya keluarga Pandawa juga ikut menikmatinya. ketahuilah bahwa Pandawa dan Kurawa satu keturunan, yaitu keturunan Bathara yang mendirikan negeri Astina. Nanda, ketahuilah pula bahwa yang mempunyai hak waris negeri Astina adalah keluarga Pandawa, sebab Pandawa adalah putera Prabu Pandhudewanata. Dan ingatlah bahwa engkau menjabat raja di Astina hanya selama anak-anak Pandawa belum dewasaa. Jika Pandawa telah dewasa dan mampu memegang pemerintahan, nanda harus rela menyerahkan tahta kerajaan kepada Pandawa"
Duryudana dengan rasa berat mengucapkan kesediaannya mematuhi pesan ayahnya. dalam hati Duryudana tetap memegang teguh pada pendiriannya bahwa negeri Astina menjadi miliknya. Pandawa harus menyingkir dari Astina, kalau perlu di bunuh semuanya.
Semenjak dinobatkan menjadi raja muda Duryudana menjadi sangat senang. Dalam benaknya segala keinginan dapat diwujudkan. Rakyat Astina menaruh rasa hormat kepadanya, juga kepada adik-adiknya. Hal itu membesarkan hati Duryudana untuk meneruskan niatnya. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, ia didampingi oleh patih Sengkuni yang pandai bersiasat dan penuh tipu muslihat.