Suryatmaja Menjadi Keluarga Kurawa
Friday, March 29, 2013
Edit
Tiba-tiba penonton dikejutkan oleh suara keras yang datang dari arah pintu masuk arena. Suara itu keluar dari bentakan senjata api yang dilepaskan oleh seorang satria bernama Karna. Berjuta mata memandang ke arah satria yang datang. Penonton bertambah tegang karena yang datang adalah bukan orang yang diundang, ia bukan keluarga Pandawa maupun keluarga Kurawa. Namun dengan tegap dan pasti ia menghadap mahaguru resi Drona memohon izin akan mendemonstrasikan kecakapannya.
Dengan santainya Karna tegap di tengah-tengah arena memainkan berbagai macam senjata panah. Tanpa ada kesulitan yang berarti Karna dapat melakukan seperti apa yang dilakukan oleh raden Arjuna. Dari tempat berdiri ia dapat menembakan panah ap dan panah hujan.
Prabu Duryudana merasa lega setelah menyaksikan kesungguhan Karna, sakit hati dan rasa malu dapat terkendali karena ada orang yang dapat mengungguli kecakapan Raden Arjuna. Prabu Duryudana lalu mendekati Karna sambil memeluknya dan berkata "Kemahiranmu membawa kebahagiaanku, dan aku nyatakan kau sebagai keluarga Kurawa. Engkau akan kuangkat menjadi panglima untuk memimpin prajurit Astina". Karna menundukkan kepala dan berkata "Hamba menyampaikan terimakasih atas anugerah paduka, hamba bersumpah akan mengabdi kepada negara Astina untuk bertanding melawan Arjuna".
Raden Arjuna menyaksikan keberhasilan demonstrasi Karna dan melihat sikap Prabu Duryudana yang memanjakan Karna itu ia menjadi naik pitam. Darah Raden Arjuna mendidih karena ia merasa ditandingi oleh orang yang tak diundang. Kedua satria itu saling berpandang dan saling menantang akan berperang.
Dewi Kunthi yang berada di panggung kehormatan sejak semula telah menduga bahwa satria yang datang tanpa diundang itu adalah putranya sendiri yang sulung. Oleh karena itu ketika berlangsung demonstrasi pikirannya kaca, risau, ia tidak tahu apa yang akan diperbuat. Ketika terjadi ribut-ribut antara Raden Arjuan dan Karna tiba-tiba Dewi Kunthi jatuh pingsan.
Maha Resi Kerpa yang bijaksana turun ke medan laga melerai kedua satria itu dan berkata " Engkau para satria ketahuilah bahwa siapa yang berhak maju ke medan laga mengikuti ujian ini, pertama adalah para satria mahasiswa Resi Drona, kedua adalah para pangeran yang diundang untuk mendemonstrasikan perang".
Setelah mendengar penjelasan maha Guru Resi Kerpa seperti itu Karna menundukan kepala. Prabu Duryudana gelisah bercampur tegang karena keinginannya akan perang menjadi terhalang. Matahari telah tinggi, panas terik tak tertahan lagi, maka ujian akhir ditunda untuk sementara sampai ada berita dimulai kembali.
Dengan santainya Karna tegap di tengah-tengah arena memainkan berbagai macam senjata panah. Tanpa ada kesulitan yang berarti Karna dapat melakukan seperti apa yang dilakukan oleh raden Arjuna. Dari tempat berdiri ia dapat menembakan panah ap dan panah hujan.
Prabu Duryudana merasa lega setelah menyaksikan kesungguhan Karna, sakit hati dan rasa malu dapat terkendali karena ada orang yang dapat mengungguli kecakapan Raden Arjuna. Prabu Duryudana lalu mendekati Karna sambil memeluknya dan berkata "Kemahiranmu membawa kebahagiaanku, dan aku nyatakan kau sebagai keluarga Kurawa. Engkau akan kuangkat menjadi panglima untuk memimpin prajurit Astina". Karna menundukkan kepala dan berkata "Hamba menyampaikan terimakasih atas anugerah paduka, hamba bersumpah akan mengabdi kepada negara Astina untuk bertanding melawan Arjuna".
Raden Arjuna menyaksikan keberhasilan demonstrasi Karna dan melihat sikap Prabu Duryudana yang memanjakan Karna itu ia menjadi naik pitam. Darah Raden Arjuna mendidih karena ia merasa ditandingi oleh orang yang tak diundang. Kedua satria itu saling berpandang dan saling menantang akan berperang.
Dewi Kunthi yang berada di panggung kehormatan sejak semula telah menduga bahwa satria yang datang tanpa diundang itu adalah putranya sendiri yang sulung. Oleh karena itu ketika berlangsung demonstrasi pikirannya kaca, risau, ia tidak tahu apa yang akan diperbuat. Ketika terjadi ribut-ribut antara Raden Arjuan dan Karna tiba-tiba Dewi Kunthi jatuh pingsan.
Maha Resi Kerpa yang bijaksana turun ke medan laga melerai kedua satria itu dan berkata " Engkau para satria ketahuilah bahwa siapa yang berhak maju ke medan laga mengikuti ujian ini, pertama adalah para satria mahasiswa Resi Drona, kedua adalah para pangeran yang diundang untuk mendemonstrasikan perang".
Setelah mendengar penjelasan maha Guru Resi Kerpa seperti itu Karna menundukan kepala. Prabu Duryudana gelisah bercampur tegang karena keinginannya akan perang menjadi terhalang. Matahari telah tinggi, panas terik tak tertahan lagi, maka ujian akhir ditunda untuk sementara sampai ada berita dimulai kembali.