Langkah-langkah Memahami Puisi
Wednesday, November 16, 2011
Edit
Langkah-langkah untuk memahami
dan menikmati puisi adalah sebagai berikut :
1.
Menyingkap
judul;
2.
Memahami
makna kata-kata kunci;
3.
Mengusut
rujukan kata hanti;
4.
Mempelajari
konteks penciptaan;
5.
Merumuskan
makna utuh.
1.
Menyingkap
judul
Judul merupakan
identitas atau cap sebuah puisi. Biasanya judul sudah memberikan gambaran isi
sebuah puisi secara garis besar. Mursal Esten mengibaratkan judul sebagai
sebuah lubang kunci untuk menengok makna keseluruhan puisi itu. Bahkan melalui
judul tersebut dapat terbuka makna yang ada dalam sebuah puisi
Untuk menyingkap
makna sebuah judul, harus dicari dulu makna lugasnya. Usahakan memahami makna kata, frase, atau kalimat demi
kalimat. Untuk mencari makna judul sebuah puisi, sebaiknya menggunakan makna
baku terlebih dahulu seperti yang ada dalam kamus. Setelah itu baru mencari
makna tambahannya.
2.
Memahami
Makna Kata Kunci
Dalam setiap puisi
terdapat beberapa kata yang menentukan makna puisi itu. Kata-kata seperti itu
dinamakan kata kunci. Kata kunci adalah kata yang sering diulang penyair dalam
puisinya, misalnya kata yang menunjukan waktu dan tempat, kata-kata asing, atau
kata-kata yang sengaja diberi perhatian khusus oleh penyair dengan memberi
garis bawah, mencetak miring, dan sebagainya.
Makna kata dalam
sebuah puisi meliputi makna lugas atau makna leksikal, makna citraan atau makna
imajis, dan makna lambang. Jadi untuk memahami puisi, ketiga makna tersebut
harus diungkapkan
a.
Makna
Lugas
Makna lugas adalah
sebuah kata, frase, atau kalimat yang maknanya sesuai dengan makna leksikal
atau makna yang terdapat dalam kamus. Dalam puisi-puisi muka, pada umumnya
makna lugas dari kata-kata itu sudah diketahui dengan baik. Namun, ada beberapa
kata yang mungkin perlu di cari maknanya di dalam kamus agar makna kata
tersebut bisa di pahami dengan baik.
b.
Makna
Citraan atau Makna Imajis
Dalam memilih
sebuah kata, seorang penyairtidak hanya bermaksud menyampaikan makna lugas
saja. Lebih dari itu, penyair membentuk citraan atau imaji tertentu pada
pikiran pembacanya. Makna yang ditimbulkan itu disebut makna citraan atau makna
imajis.
c.
Makna
Lambang
Penyair seringkali
memberi beban pada kata tertentu melebihi makna yang biasa dikandung makna kata
tersebut. Dalam puisi, sebuah kata dapat saja merupakan lambang dari sesuatu di samping memiliki makna yang biasa. Beban
tambahan itu disebut makna lambang sebuah kata. Pembaca harus berupaya untuk menyingkapkan
makna lambang sebuah kata dalam puisi dengan beberapa kemungkinan yang ada.
3.
Mengusut
Rujukan Kata Ganti
Penyair sering
menggunaka kata ganti, kata penyapa, atau nama seseorang dalam puisinya.
Penggunaan kata-kata tersebut sering secara tiba-tiba, tanpa diberi tahu siapa
yang dirujuk dengan kata-kata tersebut. Pembaca puisi harus berusaha mengusut
rujukan yang dimaksud penyair dengan kata-kata itu.
4.
Mempelajari
Konteks Penciptaan
Kadang-kadang
untuk memahami puisi tidak cukup hanya dengan membaca apa yang tersurat dalam
puisi, tetapi juga perlu mempelajari hal-hal yang berada di luar puisi
tersebut. Hal-hal tersebut misalnya penyair, riwayat hidup penyair, pandangan
hidup penyair, latar belakang penciptaan, situasi ketika puisi itu diciptakan,
dan sebagainya. Semua itu disebut dengan konteks penciptaan.
5.
Merumuskan
Makna Utuh
Makna utuh sebuah
puisi adalah makna keseluruhan dari puisi itu, baik makna tersurat, tersirat,
maupun yang berkaitan dengankonteks penciptaannya. Untuk merumuskan makna utuh
dalam sebuah puisi, diperlukan makna lugas, citraan, lambang, dan konteks
penciptaan puisi itu. Setelah itu baru menentukan sikap terhadap makna utuh
atau pengalaman penyair. Dengan memahami sebuah puisi berarti kita telah
mencoba memahami perasaan, pikiran, dan gagasan orang lain (penyair) yang
dituangkan secara khas. Tanpa disadari, pengalaman dan wawasan bertambah.
Dengan bertambahnya pengalaman dan wawasan itu terasa ada kepuasan batin karena
telah dapat mengambil hikmah dari pengalaman orang lain