Pahlawan Indonesia: Abdul Muis
Friday, April 24, 2015
Edit
Beliau adalah seorang pejuang dan sastrawan. Beliau dilahirkan di Sungai Puar, sumatera Barat pada tanggal 3 Juli 1883. Pernah menjadi pelajar di Sekolah Dokter Bumiputera (STOVIA) namun tidak sampai lulus. Selain menjadi pegawai negeri, beliau juga merupakan seorang sastrawan dan wartawan yang aktif menulis di harian De Express. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Salah Asuhan dan Surapati.
Dalam dunia jurnalistik, ia tercatat bekerja pada surat kabar Preanger Bode bandung, harian De Express, harian Kaoem Moeda, dan juga Neraca. Sebagai seorang nasionalis sejati beliau tak rela melihat bangsanya dijajah bangsa Belanda. Beliau bergabung dengan organisasi Sarekat Islam hingga diangkat menjadi anggota pengurus besar. Ia pernah mengajak memboikot perayaan seratus tahun terbebasnya Belanda dari penjajahan Perancis. Akibatnya, ia harus berhadapan dengan mahkamah pengadilan.
Karena cinta yang besar pada tanah airnya. Pada setiap kesempatan, ia selalu membela kepentingan Indonesia. Ia pernah dikirim ke Belanda pada tahun 1917 atas nama Komite Ketahanan Hindia Belanda. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk mempengaruhi tokoh-tokoh politik Belanda guna mendirikan Sekolah Teknologi Tinggi di Indonesia. Berkat kegigihannya ia dan kawan-kawannya berhasil mendirikan sekolah yang sekarang lebih dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dalam lembaga Volkstraad (Dewan Rakyat) bersama Haji Umar Said Cokroaminoto. Pada tanggal 25 November 1918 ia pernah mengajukan mosi terhadap pemerintah kolonial Belanda. mereka menuntut agar pemerintah kolonial belanda membentuk parlemen yang anggotanya dipilih sendiri oleh rakyat Indonesia.
Pada tahun 1922 ia juga pernah memimpin demo mogok masal para buruh di Yogyakarta. Hal ini membuat marah pemerintah Belanda, lalu ia ditangkap dan diasingkan ke Garut Jawa Barat. Namun ditempat pengasingan semangat juang beliau tak pernah padam. Ia mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan. Dimanapun ia berada semangatnya terus membara guna membela tanah air.
Abdul Muis yang dikenal sebagai sastrawan dan pejuang ini sempat menikmati zaman kemerdekaan. Beliau wafat dan dimakamkan di bandung pada tanggal 17 Juni 1959. Pada tahun itu pula Pemerintah Indonesia mengangkatnya sebagai Pahlawan Pergerakan nasional Indonesia.
Dalam dunia jurnalistik, ia tercatat bekerja pada surat kabar Preanger Bode bandung, harian De Express, harian Kaoem Moeda, dan juga Neraca. Sebagai seorang nasionalis sejati beliau tak rela melihat bangsanya dijajah bangsa Belanda. Beliau bergabung dengan organisasi Sarekat Islam hingga diangkat menjadi anggota pengurus besar. Ia pernah mengajak memboikot perayaan seratus tahun terbebasnya Belanda dari penjajahan Perancis. Akibatnya, ia harus berhadapan dengan mahkamah pengadilan.
Karena cinta yang besar pada tanah airnya. Pada setiap kesempatan, ia selalu membela kepentingan Indonesia. Ia pernah dikirim ke Belanda pada tahun 1917 atas nama Komite Ketahanan Hindia Belanda. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk mempengaruhi tokoh-tokoh politik Belanda guna mendirikan Sekolah Teknologi Tinggi di Indonesia. Berkat kegigihannya ia dan kawan-kawannya berhasil mendirikan sekolah yang sekarang lebih dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dalam lembaga Volkstraad (Dewan Rakyat) bersama Haji Umar Said Cokroaminoto. Pada tanggal 25 November 1918 ia pernah mengajukan mosi terhadap pemerintah kolonial Belanda. mereka menuntut agar pemerintah kolonial belanda membentuk parlemen yang anggotanya dipilih sendiri oleh rakyat Indonesia.
Pada tahun 1922 ia juga pernah memimpin demo mogok masal para buruh di Yogyakarta. Hal ini membuat marah pemerintah Belanda, lalu ia ditangkap dan diasingkan ke Garut Jawa Barat. Namun ditempat pengasingan semangat juang beliau tak pernah padam. Ia mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan. Dimanapun ia berada semangatnya terus membara guna membela tanah air.
Abdul Muis yang dikenal sebagai sastrawan dan pejuang ini sempat menikmati zaman kemerdekaan. Beliau wafat dan dimakamkan di bandung pada tanggal 17 Juni 1959. Pada tahun itu pula Pemerintah Indonesia mengangkatnya sebagai Pahlawan Pergerakan nasional Indonesia.