Pak Gentho Kena Batunya
Tuesday, April 14, 2015
Edit
Pak Gentho mempunyai badan gemuk dan gempal. Pak Gentho adalah seorang yang sering usil dan jahil kepada orang-orang disekitarnya. Hampir seluruh warga Desa Sukamaju kesal karena keusilan Pak Gentho. Pada suatu malam sehabis isya Pak Gentho melihat Ali, Somad, dan Aira baru saja pulang mengaji. Melihat hal tersebut munculah niat buruk Pak Gentho.
“Ali, sebaiknya kita jangan lewat depan rumah Pak Genho.”
“Ah tidak apa-apa Mad, lagipula lebih dekat lewat sini.” Jawab Ali dengan nada kalem.
“Tapi Pak Gentho Suka Jahil, aku takut nanti kita kena kejahilannya. Apalagi ini malam jumat kliwon dan tadi sore baru aja ada orang meninggal di kampung kita.” Somad mulai panik.
Akhirnya apa yang ditakutkan Somad benar-benar terjadi. Dari pohon mangga depan rumah Pak Gentho, Somad digaketkan dengan sebuah makhluk besar dengan muka seperti gorila.
“Hhhh..han…hantuuu…Lari teman-teman” Teriak Ali ketakutan.
Setelah keadaan dirasa cukup aman, Ali, Somad, dan Aira beristirahat sejenak di samping warung makan Mbak Romlah yang saat itu baru saja tutup.
“Ali, kamu lihat kan tadi?? Itu hantu apa ya kok serem amat..” Tanya Somad dengan nafas masih ngos-ngosan.
“Aku tidak yakin kalau yang tadi kita lihat itu hantu teman-teman. Bagaimana kalau kita cek lagi ke depan rumah Pak Gentho?” Tanya Ali mulai memberanikan diri.
“Aku takut Kak Ali, sebaiknya kita pulang saja. Ayah dan Ibu pasti sudah khawatir di rumah.” Kata Aira polos.
“Betul juga kata Aira, kita sebaiknya pulang saja malam ini. Tapi aku juga penasaran, masa ada hantu kok bentuknya aneh banget ya?”
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk ke depan rumah Pak Gentho dan melihat kembali apakah masih ada hantu di tempat tersebut. Namun bukan hantu yang mereka dapat, melainkan Pak Gentho dengan tawanya yang masih terbahak dengan topeng gorilla di tangan kirinya.
“Benar kan ternyata bukan hantu yang kita lihat tadi teman-teman.”
“Ternyata Pak Gentho pelakunya.” Somad mulai geram.
“Ya sudah, sebaiknya kita pulang ke rumah saja karena besok kita harus sekolah. Soal kejadian tadi, kita doakan semoga Pak Gentho cepat sadar kalau kelakuannya itu bisa merugikan orang lain.” Kata Ali kalem.
Keesokan harinya sepulang sekolah Ali dan Somad melihat pak Gentho sedang berada di warung Mbak Romlah. Terlihat Pak Gentho sedang merayu Mbak Romlah yang pada saat itu sedang memasak gorengan di warungnya. Melihat hal tersebut, Ali mempunyai ide cemerlang agar Pak Gentho sadar akan kelaukan buruknya itu.
“Mad, sebaiknya kita laporkan kelakuan Pak Gentho kepada istrinya.” Kata Ali memulai percakapan.
“Ahh, aku takut Ali. Bu Gentho itu orangnya galak. Nanti kalau terjadi apa-apa sama kita dan Mbak Romlah gimana??”Jawab Somad Ragu.
“Tenang, tidak akan terjadi apa-apa. Ini hanya sebagai pelajaran Pak Gentho karena sifat jahilnya itu.”
“Betul juga, ya sudah sekarang aku panggil Bu Gentho ke sini…”
Lalu Somad berlari ke rumah Pak Genho yang letaknya tidak jauh dari warung Mbak Romlah untuk melaporkan perilaku genitnya kepada Bu Gentho.
“Dek Romlah…Bapak Dek Romlah Dokter ya..??”Rayu Pak Gentho.
“Bukan…” Jawab Mbak Romlah malu-malu.
Belum sempat Pak Gentho meneruskan rayuan mautnya itu tiba-tiba dari belakang terlihat Bu Gentho menjewer kuping Pak Genho.
“Pak’e…Keluar rumah bilangnya mau beli sabun cuci tau-taunya malah asyik menggoda wanita lain..!! Ingat umur Pak’e..!!” Kata Bu Gentho sewot.
“Nanti dulu Bu’e, bisa saya jelasin..tapp..ttapii lepasin dulu tangannya. Sakit kuping saya Bu’e..aduhhh..” Jawab Pak Gentho sambil menahan sakit karena kupingnya dijewer Bu Gentho.
“Jelasinnya di rumah saja, ayo pulang…!! Kata Bu Gentho sambil berjalan berjalan dan terus menjewer kuping Pak Gentho.
Melihat tingkah Pak Gentho tersebut Ali dan Somad hanya bisa tertawa lebar.
“Hahahahaaa…Lihat Ali, lihat Pak Gentho. Seperti anak kecil saja sampai di jewer. Hahahaa..” Kata Somad sambil tertawa terbahak-bahak.
“Iya betul Mad, Akhirnya Pak Gentho kena batunya juga. Mudah-mudahan Pak Gento dapat pelajaran berharga setelah kejadian tadi ya Mad?”
“Tapi aku tidak yakin Pak gentho akan benar-benar berubah, ya sudah sebaiknya kita pulang.” Jawab Somad sambil menahan tawanya yang belum hilang.
Akhirnya Ali dan Somad pulang ke rumahnya masing-masing, di tempat lain Bu Gentho masih saja memarahi Pak Gentho karena kelakuan buruknya itu.
“Ali, sebaiknya kita jangan lewat depan rumah Pak Genho.”
“Ah tidak apa-apa Mad, lagipula lebih dekat lewat sini.” Jawab Ali dengan nada kalem.
“Tapi Pak Gentho Suka Jahil, aku takut nanti kita kena kejahilannya. Apalagi ini malam jumat kliwon dan tadi sore baru aja ada orang meninggal di kampung kita.” Somad mulai panik.
Akhirnya apa yang ditakutkan Somad benar-benar terjadi. Dari pohon mangga depan rumah Pak Gentho, Somad digaketkan dengan sebuah makhluk besar dengan muka seperti gorila.
“Hhhh..han…hantuuu…Lari teman-teman” Teriak Ali ketakutan.
Setelah keadaan dirasa cukup aman, Ali, Somad, dan Aira beristirahat sejenak di samping warung makan Mbak Romlah yang saat itu baru saja tutup.
“Ali, kamu lihat kan tadi?? Itu hantu apa ya kok serem amat..” Tanya Somad dengan nafas masih ngos-ngosan.
“Aku tidak yakin kalau yang tadi kita lihat itu hantu teman-teman. Bagaimana kalau kita cek lagi ke depan rumah Pak Gentho?” Tanya Ali mulai memberanikan diri.
“Aku takut Kak Ali, sebaiknya kita pulang saja. Ayah dan Ibu pasti sudah khawatir di rumah.” Kata Aira polos.
“Betul juga kata Aira, kita sebaiknya pulang saja malam ini. Tapi aku juga penasaran, masa ada hantu kok bentuknya aneh banget ya?”
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk ke depan rumah Pak Gentho dan melihat kembali apakah masih ada hantu di tempat tersebut. Namun bukan hantu yang mereka dapat, melainkan Pak Gentho dengan tawanya yang masih terbahak dengan topeng gorilla di tangan kirinya.
“Benar kan ternyata bukan hantu yang kita lihat tadi teman-teman.”
“Ternyata Pak Gentho pelakunya.” Somad mulai geram.
“Ya sudah, sebaiknya kita pulang ke rumah saja karena besok kita harus sekolah. Soal kejadian tadi, kita doakan semoga Pak Gentho cepat sadar kalau kelakuannya itu bisa merugikan orang lain.” Kata Ali kalem.
Keesokan harinya sepulang sekolah Ali dan Somad melihat pak Gentho sedang berada di warung Mbak Romlah. Terlihat Pak Gentho sedang merayu Mbak Romlah yang pada saat itu sedang memasak gorengan di warungnya. Melihat hal tersebut, Ali mempunyai ide cemerlang agar Pak Gentho sadar akan kelaukan buruknya itu.
“Mad, sebaiknya kita laporkan kelakuan Pak Gentho kepada istrinya.” Kata Ali memulai percakapan.
“Ahh, aku takut Ali. Bu Gentho itu orangnya galak. Nanti kalau terjadi apa-apa sama kita dan Mbak Romlah gimana??”Jawab Somad Ragu.
“Tenang, tidak akan terjadi apa-apa. Ini hanya sebagai pelajaran Pak Gentho karena sifat jahilnya itu.”
“Betul juga, ya sudah sekarang aku panggil Bu Gentho ke sini…”
Lalu Somad berlari ke rumah Pak Genho yang letaknya tidak jauh dari warung Mbak Romlah untuk melaporkan perilaku genitnya kepada Bu Gentho.
“Dek Romlah…Bapak Dek Romlah Dokter ya..??”Rayu Pak Gentho.
“Bukan…” Jawab Mbak Romlah malu-malu.
Belum sempat Pak Gentho meneruskan rayuan mautnya itu tiba-tiba dari belakang terlihat Bu Gentho menjewer kuping Pak Genho.
“Pak’e…Keluar rumah bilangnya mau beli sabun cuci tau-taunya malah asyik menggoda wanita lain..!! Ingat umur Pak’e..!!” Kata Bu Gentho sewot.
“Nanti dulu Bu’e, bisa saya jelasin..tapp..ttapii lepasin dulu tangannya. Sakit kuping saya Bu’e..aduhhh..” Jawab Pak Gentho sambil menahan sakit karena kupingnya dijewer Bu Gentho.
“Jelasinnya di rumah saja, ayo pulang…!! Kata Bu Gentho sambil berjalan berjalan dan terus menjewer kuping Pak Gentho.
Melihat tingkah Pak Gentho tersebut Ali dan Somad hanya bisa tertawa lebar.
“Hahahahaaa…Lihat Ali, lihat Pak Gentho. Seperti anak kecil saja sampai di jewer. Hahahaa..” Kata Somad sambil tertawa terbahak-bahak.
“Iya betul Mad, Akhirnya Pak Gentho kena batunya juga. Mudah-mudahan Pak Gento dapat pelajaran berharga setelah kejadian tadi ya Mad?”
“Tapi aku tidak yakin Pak gentho akan benar-benar berubah, ya sudah sebaiknya kita pulang.” Jawab Somad sambil menahan tawanya yang belum hilang.
Akhirnya Ali dan Somad pulang ke rumahnya masing-masing, di tempat lain Bu Gentho masih saja memarahi Pak Gentho karena kelakuan buruknya itu.