Bullying #3 : Kejayaan Itu Ada

Tahun itu akhirnya aku beranjak ke kelas 3. Saat itu adalah masa-masa terakhir aku berada di SMP. Pada tahun itu pula aku dinyatakan lulus dengan nilai yang pas-pasan, karena targetku adalah melanjutkan di SMA Negeri. Tapi sebelum aku dinyatakan lulus, ada banyak sekali cerita dan kisah lika-liku kehidupanku di kelas tiga pada masa itu.

Aku berada di kelas tiga, lagi-lagi aku masuk di kelas 3 F. Huruf  “F” mungkin saja sudah melekat di dalam kehidupanku pada saat itu. Di kelas ini aku menemukan teman-teman baru, lingkungan baru, dan tentunya “musuh” baru. Bully? Tentu saja saat itu aku masih sering di bully. Dulu aku memang sering di bully oleh teman-temanku. Tapi sekarang bukan hanya teman (walaupun sudah tidak se-exstrim dulu karena hanya beberapa siswa saja yang suka bully aku) tapi ada beberapa guru juga yang suka ngebully aku. Aku gak tahu apa manfaatnya mereka merendahkan mentalku dengan berbagai ucapan dan tindakan yang keluar dari mulut mereka. Tapi yang aku tahu saat itu, aku sakitt..!!

Pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sangat membosankan bagiku. Karena terlalu rumit. Karena itu juga aku sering jadi sasaran empuk semprotan-semprotan tajam guru matematikaku dulu. Aku pernah mendapat nila 4 saat ulangan. Bukannya beliau memotivasi aku, malah justru berkata yang malah makin melemahkan mental dan semangat juangku. Ada juga seorang guru yang saat itu kebetulan menjadi wali kelasku, beliau berkata bahwa aku termasuk kedalam salah satu daftar siswa yang tidak lulus ujian saat itu. Beliau mengatakannya pada saat jam pelajaran, di depan teman-temanku. Rasanya saat itu hati terasa mangkel. “Kenapa aku seperti ini??” fikirku.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti les privat di salah satu bimbingan belajar terkemuka di kotaku. Selain itu juga aku ikut les privat di sekolah. Dan hasilnya?? Fantastis..!! Aku sampai tidak percaya. Nilaiku berangsur-angsur merangkak naik (tapi tetep, belum bisa menyaingi jawara kelas dan hanya mentok di peringkat tengah). Mungkin karena cambukan-cambukaan itu tadi aku bisa seperti ini. Sampai sekarang aku masih percaya dengan kekuatan itu. Aku gak bakalan maju kalau aku tidak dicambuk duluan. Tapi tetep aja ada orang yang tak suka. Yah, dia namanya Didit. Mungkin karena iri atau apalah aku tak tahu. Ketika di dalam kelas dia selalu memangil aku anak les-lesan, dan itu sama sekali gak membuatku nyaman. Makin banyak serangan-serangan yang aku dapatkan saat itu. Tapi aku tetap fokus untuk terus belajar agar aku bisa lulus dan menjungkalkan semua ramalan guru-guru itu.

Satu tahun di kelas 3 bukanlah waktu yang singkat untuk menjadi seseorang yang benar-benar ada dalam tekanan. Tapi aku bisa menghadapi itu semua dan aku berhasil keluar dari “neraka” dunia itu. Aku sangat bersyukur semua perjuanganku tidak sia-sia, sampai aku dinyatakan lulus. 3 tahun itu adalah waktu yang sangat, sangat, dan sangat lama sampai akhirnya aku mendapatkan kebebasan. Ini adalah sepenggal cerita dariku, cerita tentang orang yang lemah, pengecut, jorok, dan tak punya teman. Yah, itulah aku. Seseorang yang awalnya menjadi pecundang dan pada akhirnya benar-benar menjadi seorang pemenang dalam kehidupanku.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel