Catatan Skripsiku : Menunggu dan Mulai Bekerja
Friday, March 13, 2015
Edit
Hal yang paling membosankan di dunia adalah menunggu. Namun mengapa, aku selalu lihat beberapa orang malah menggemari hal ini. Aku menunggu SK skripsi yang sudah beberapa minggu ini belum keluar. Padahal aku sudah sangat siap sekali untuk mengerjakan skripsi. Sembari menunggu, tentunya aku sudah menyiapkan proposal skripsi yang beberapa hari lalu aku buat.
Hari itu udara kota Jogja sangat panas, saat aku memutuskan untuk pergi ke kampus untuk menanyakan SK yang tak kunjung keluar. Kurang dari satu bulan, akhirnya SK skripsiku keluar dan ini adalah pertanda baik bagiku. Walaupun tugas kuliah semakin menumpuk, aku harus bisa fokus untuk mengerjakan skripsi dan menyeimbangkan kuliah. Pada saat itu aku memang mengambil beberapa mata kuliah untuk diulang. bahkan aku juga mengulang mata kuliah semester 1 dulu. Tentunya agar nilaiku bagus dan pada saatnya nanti IPK ku bisa tembus angka tiga. Sempat ragu-ragu juga tadinya, namun karena tekat yang bulat aku ulang semua mata kuliah yang gagal di masa lalu ini.
Aku sungguh menyesal, kenapa tidak dari dulu aku rajin berangkat kuliah. Namanya juga penyesalan, pasti datangnya belakangan.
Kampus saat itu ramai, ketika aku baru saja membayar biaya skripsi aku bertemu dengan beberapa temanku. Mereka tengah duduk di depan kantor, mungkin sedang menunggu dosen untuk bimbingan. Sampai ada salah satu temanku berkata.
"Woy, kemana aja kamu? Skripsi udah dipikirin belum?"
"Aku ke kampus terus kok, lah ini aku mau masuk kelas buat kuliah."
"Hahh..hari gini masih kuliah? Mau kuliah nyampe berapa taun lagi kamu?"
Melihat omongan yang agak pedas dari temenku ini, aku langsung tunjukin SK skripsi yang baru saja aku ambil tadi siang di biro skripsi. Aku tunjukin SK itu tanpa bicara apaun. Karena bicara dengan mereka itu tidak ada gunanya. Aku anggap kata-kata itu adalah motivasi buatku, motivasi agar aku bisa lebih baik lagi. Mungkin orang-orang ini sengaja dikirim oleh Tuhan untuk mengujiku, menguji seberapa tahan aku menghadapi skripsi ini.
Sore itu Jogja masih tetap saja panas dan jam kuliah telah usai, aku melangkah keluar dari ruang kelas. Buru-buru aku menuju tempat parkir untuk mengambil motorku yang setia menungguku dari tadi siang. Aku gas motor ini keluar halaman parkir menuju jalan besar. Di jalan, masih saja aku terngiang kata-kata temenku tadi, sampai kemudian hilang terhempas angin jalanan kota Jogja sore itu.
Hari itu udara kota Jogja sangat panas, saat aku memutuskan untuk pergi ke kampus untuk menanyakan SK yang tak kunjung keluar. Kurang dari satu bulan, akhirnya SK skripsiku keluar dan ini adalah pertanda baik bagiku. Walaupun tugas kuliah semakin menumpuk, aku harus bisa fokus untuk mengerjakan skripsi dan menyeimbangkan kuliah. Pada saat itu aku memang mengambil beberapa mata kuliah untuk diulang. bahkan aku juga mengulang mata kuliah semester 1 dulu. Tentunya agar nilaiku bagus dan pada saatnya nanti IPK ku bisa tembus angka tiga. Sempat ragu-ragu juga tadinya, namun karena tekat yang bulat aku ulang semua mata kuliah yang gagal di masa lalu ini.
Aku sungguh menyesal, kenapa tidak dari dulu aku rajin berangkat kuliah. Namanya juga penyesalan, pasti datangnya belakangan.
Kampus saat itu ramai, ketika aku baru saja membayar biaya skripsi aku bertemu dengan beberapa temanku. Mereka tengah duduk di depan kantor, mungkin sedang menunggu dosen untuk bimbingan. Sampai ada salah satu temanku berkata.
"Woy, kemana aja kamu? Skripsi udah dipikirin belum?"
"Aku ke kampus terus kok, lah ini aku mau masuk kelas buat kuliah."
"Hahh..hari gini masih kuliah? Mau kuliah nyampe berapa taun lagi kamu?"
Melihat omongan yang agak pedas dari temenku ini, aku langsung tunjukin SK skripsi yang baru saja aku ambil tadi siang di biro skripsi. Aku tunjukin SK itu tanpa bicara apaun. Karena bicara dengan mereka itu tidak ada gunanya. Aku anggap kata-kata itu adalah motivasi buatku, motivasi agar aku bisa lebih baik lagi. Mungkin orang-orang ini sengaja dikirim oleh Tuhan untuk mengujiku, menguji seberapa tahan aku menghadapi skripsi ini.
Sore itu Jogja masih tetap saja panas dan jam kuliah telah usai, aku melangkah keluar dari ruang kelas. Buru-buru aku menuju tempat parkir untuk mengambil motorku yang setia menungguku dari tadi siang. Aku gas motor ini keluar halaman parkir menuju jalan besar. Di jalan, masih saja aku terngiang kata-kata temenku tadi, sampai kemudian hilang terhempas angin jalanan kota Jogja sore itu.