Cerita Rakyat dari Papua: Batu Keramat
Monday, March 16, 2015
Edit
Di daerah Yapen Timur, tepatnya di daerah Wawuti Revui. terdapat sebuah gunung bernama Kamboi Rama. masyarakat berkumpul dan berpesta di gunung itu. Di gunung itu juga tinggal seorang raja atau dewa yang bernama Iriwonawai. dewa itu memiliki sebuah tifa atau gendang yang diberi nama sokirei atau soworoi. Jika gendang itu berbunyi, orang-orang akan berdatangan dan berkumpul karena pada kesempatan itulah mereka dapat melihat gendang itu. Akan tetapi, yang dapat melihat gendang hanyalah orang-orang tua yang berkekuatan gaib.
DewaIriwonawai mempunyai sebuah dusun yang banyak ditumbuhi tanaman sagu, yaitu dusun Aroempi. Sagu merupakan makanan pokok penduduk di daerah Wawuti Revui. Akan tetapi, sagu itu lama-kelamaan berkurang. Dewa marah, kemudian tanaman sagu itu dipindah. Penduduk Kamboi Rama ketakutan, lalu banyak dari mereka yang pindah ke daerah pantai. Di sana mereka mendirikan daerah baru yang diberi nama Randuayaivi. Setelah itu, di Kamboi Rama hanya tinggal Iriwonawai dan sepasang suami-istri bernama Irimiami dan Isoray.
Pada suatu hari, Isoray duduk di atas batu untuk berjemur diri. Beberapa saat kemudian, batu yang didudukinya itu mengeluarkan awan panas sehingga dia tidak tahan duduk di batu tersebut. Kemudian gantian Irimiami. Setelah dia duduk di batu tersebut, dia juga merasa kepanasan dan tidak tahan dnegan panas yang dikeluarkan oleh batu tresebut. Tidak lama kemudian, daging rusa diangkat ke atas batu panas itu, lalu dimakan. Ternyata daging rusa itu rasanya lebih enak. Sejak saat itu, sepasang suami istri itu selalu meletakkan makanan di atas batu itu.
Pada suatu hari, Irimiami dan Isoray menggosok buluh bambu di batu itu, tidak lama kemudian buluh bambu itu putus dan mengeluarkan percikan api. Irimiami dan Isoray heran. Kemudian, mereka mulai mengadakan percobaan di atas batu itu.
Keesokan harinya, mereka mengumpulkan rumput dan daun kering. Rumput dan daun kering itu diletakkan di atas batu itu. Tidak lama kemudian, rumput dan daun kering itu mengeluarkan gumpalan asap. Irimiami dan Isoray lalu menamakan batu itu sebagai batu keramat.
Pada siang hari, ketika matahari memancarkan sinarnya, Irimiami dan Isoray mencoba meletakkan rumput, daun, dan ranting bambu di atas batu keramat. Mereka menunggu apa yang akan terjadi. ternyata, keluarlah asap merah yang sangat panas. mereka ketakutan dan memohon kepada dewa Iriwonawai agar memadamkan api merah tersebut. Permohonan mereka dikabulkan, dan api itu lalu padam.
Hari berikutnya mereka mengumpulkan rumput, daun, dan kayu yang lebih banyak. Asap tebal mengepul di puncak Gunung Kamboi Rama selama enam hari. Gendang pun berbunyi. Masyarakat berkumpul ingin menyaksikan gendang soworoi.
Irimiami dan Isoray ketakutan. Tidak henti-hentinya mereka memohon agar kepulan asap itu menghilang. Dewa Iriwonawai mengabulkan permintaan mereka. Setelah awan menipis, penduduk kampung Randuayaivi ingin melihat lebih dekat. Ternyata perbuatan itu tidak dilakukan oleh dewa, tetapi oleh Irimiami dan Isoray.
Kedua pasangan suami istri itu menyambut kedatangan para penduduk dengan baik. Mereka pun menceritakan peristiwa itu dan asal mula mengenai batu keramat. penduduk tercengan mendnegar cerita dari Isoran dan Irimiami, apalagi seteleh mencicipi makanan yang habis diletakan di batu keramat itu.
Keesokan harinya diadakab pesta. Penduduk kampung Randuayaivi berkumpul membawa perbekalan, seperti sagu, keladi, daging, dan banyak bahan makanan lainnya. mereka berkumpul mengelilingi batu keramat sambil meletakkan rumput di atas batu itu. Tidak lama kemudian, keadaan sekitar gunung Kamboi Rama menjadi sangat cerah dengan sinar api yang keluar dari batu keramat.
Pesta berlangsung tiga hari dan tiga malam. Dalam pesta itu, Irimiami dan Isoray menceritakan peristiwa-peristiwa yang pernah mereka alami. Kemudian, pasangan suami istri itu memerintahkan seluruh penduduk untuk mengelilingi batu keramat itu sambil menari dan menyanyi.
Inilah kisah cerita dari tanah Papua tentang sebuah batu keramat.
DewaIriwonawai mempunyai sebuah dusun yang banyak ditumbuhi tanaman sagu, yaitu dusun Aroempi. Sagu merupakan makanan pokok penduduk di daerah Wawuti Revui. Akan tetapi, sagu itu lama-kelamaan berkurang. Dewa marah, kemudian tanaman sagu itu dipindah. Penduduk Kamboi Rama ketakutan, lalu banyak dari mereka yang pindah ke daerah pantai. Di sana mereka mendirikan daerah baru yang diberi nama Randuayaivi. Setelah itu, di Kamboi Rama hanya tinggal Iriwonawai dan sepasang suami-istri bernama Irimiami dan Isoray.
Pada suatu hari, Isoray duduk di atas batu untuk berjemur diri. Beberapa saat kemudian, batu yang didudukinya itu mengeluarkan awan panas sehingga dia tidak tahan duduk di batu tersebut. Kemudian gantian Irimiami. Setelah dia duduk di batu tersebut, dia juga merasa kepanasan dan tidak tahan dnegan panas yang dikeluarkan oleh batu tresebut. Tidak lama kemudian, daging rusa diangkat ke atas batu panas itu, lalu dimakan. Ternyata daging rusa itu rasanya lebih enak. Sejak saat itu, sepasang suami istri itu selalu meletakkan makanan di atas batu itu.
Pada suatu hari, Irimiami dan Isoray menggosok buluh bambu di batu itu, tidak lama kemudian buluh bambu itu putus dan mengeluarkan percikan api. Irimiami dan Isoray heran. Kemudian, mereka mulai mengadakan percobaan di atas batu itu.
Keesokan harinya, mereka mengumpulkan rumput dan daun kering. Rumput dan daun kering itu diletakkan di atas batu itu. Tidak lama kemudian, rumput dan daun kering itu mengeluarkan gumpalan asap. Irimiami dan Isoray lalu menamakan batu itu sebagai batu keramat.
Pada siang hari, ketika matahari memancarkan sinarnya, Irimiami dan Isoray mencoba meletakkan rumput, daun, dan ranting bambu di atas batu keramat. Mereka menunggu apa yang akan terjadi. ternyata, keluarlah asap merah yang sangat panas. mereka ketakutan dan memohon kepada dewa Iriwonawai agar memadamkan api merah tersebut. Permohonan mereka dikabulkan, dan api itu lalu padam.
Hari berikutnya mereka mengumpulkan rumput, daun, dan kayu yang lebih banyak. Asap tebal mengepul di puncak Gunung Kamboi Rama selama enam hari. Gendang pun berbunyi. Masyarakat berkumpul ingin menyaksikan gendang soworoi.
Irimiami dan Isoray ketakutan. Tidak henti-hentinya mereka memohon agar kepulan asap itu menghilang. Dewa Iriwonawai mengabulkan permintaan mereka. Setelah awan menipis, penduduk kampung Randuayaivi ingin melihat lebih dekat. Ternyata perbuatan itu tidak dilakukan oleh dewa, tetapi oleh Irimiami dan Isoray.
Kedua pasangan suami istri itu menyambut kedatangan para penduduk dengan baik. Mereka pun menceritakan peristiwa itu dan asal mula mengenai batu keramat. penduduk tercengan mendnegar cerita dari Isoran dan Irimiami, apalagi seteleh mencicipi makanan yang habis diletakan di batu keramat itu.
Keesokan harinya diadakab pesta. Penduduk kampung Randuayaivi berkumpul membawa perbekalan, seperti sagu, keladi, daging, dan banyak bahan makanan lainnya. mereka berkumpul mengelilingi batu keramat sambil meletakkan rumput di atas batu itu. Tidak lama kemudian, keadaan sekitar gunung Kamboi Rama menjadi sangat cerah dengan sinar api yang keluar dari batu keramat.
Pesta berlangsung tiga hari dan tiga malam. Dalam pesta itu, Irimiami dan Isoray menceritakan peristiwa-peristiwa yang pernah mereka alami. Kemudian, pasangan suami istri itu memerintahkan seluruh penduduk untuk mengelilingi batu keramat itu sambil menari dan menyanyi.
Inilah kisah cerita dari tanah Papua tentang sebuah batu keramat.