Catatan Skripsiku: Teman Lama
Friday, April 3, 2015
Edit
Pagi itu, aku kembali kembali bimbingan. Sampai di kampus pukul 10.00 ternyata di depan ruang dosen pembimbing pertama sudah banyak mahasiswa yang berjibun. Urusan mereka beragam, mulai dari ada yang bimbingan sampai ada juga yang baru ngajuin judul skripsi, maklum saat itu adalah masa awal-awal semester baru. Saking ramainya mahasiswa yang mengantri saat itu, dosenku sampai membuat nomor antrian seperti di bank-bank buat mahasiswa agar tidak saling berebut. Aku ngantri sampai jam 11.00, tapi saat itu aku kurang beruntung. Saat giliranku maju, tiba-tiba dosen berkata.
"Yang mau bimbingan, besok saja ya? Hari ini saya ada jam mengajar sampai sore."
Apa mau dikata, akhirnya aku pulang dengan tangan hampa hari itu.
Keesokan harinya, aku datang ke kampus agak sedikit awal. Kali ini ruang dosen masih sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang tengah menunggu dosen buat bimbingan. Sambil menunggu dosen pembimbing yang belum datang aku iseng buat main game di HP, sampai ada salah seorang teman yang menyapa.
"Gimana skripsimu? Udah nyampe Bab berapa?" Tanya dia.
"Waduhh, baru proposal nih."
"Lha, kamu mau target wisuda kapan?"
"Periode ini."
"Kalo periode ini kayaknya susah, kamu aja sekarang masih proposal kan?" kata dia sambil terus ngoceh hal-hal menakutkan dari mulai dosen yang susah buat diajak bimbingan sampai dengan hal-hal yang menurutku gak penting buat diceritain. Yah, initinya temenku ini hanya menakut-nakutiku dan aku sama sekali tidak takut dengan cerita-cerita yang menyeramkan mengenai skripsi. Karena aku sudah sering mengalami hal-hal yang sulit semasa kuliah dan aku percaya dengan diriku sendiri, dan aku tetap optimis kalau aku bisa wisuda secepatnya.
Kadang, ada benarnya juga ketika ada orang yang bilang "Gak semua hal yang kamu dengar itu harus didengarkan. Ada kalanya kita harus menutup telinga serapat mungkin." Mungkin kata-kata ini pas buat salah satu temanku ini. Yang terpenting tetap fokus dan percaya dengan diri sendiri, jangan sampai terpengaruh oleh hal-hal yang justru malah dapat menjerumuskan kita.
"Yang mau bimbingan, besok saja ya? Hari ini saya ada jam mengajar sampai sore."
Apa mau dikata, akhirnya aku pulang dengan tangan hampa hari itu.
Keesokan harinya, aku datang ke kampus agak sedikit awal. Kali ini ruang dosen masih sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang tengah menunggu dosen buat bimbingan. Sambil menunggu dosen pembimbing yang belum datang aku iseng buat main game di HP, sampai ada salah seorang teman yang menyapa.
"Gimana skripsimu? Udah nyampe Bab berapa?" Tanya dia.
"Waduhh, baru proposal nih."
"Lha, kamu mau target wisuda kapan?"
"Periode ini."
"Kalo periode ini kayaknya susah, kamu aja sekarang masih proposal kan?" kata dia sambil terus ngoceh hal-hal menakutkan dari mulai dosen yang susah buat diajak bimbingan sampai dengan hal-hal yang menurutku gak penting buat diceritain. Yah, initinya temenku ini hanya menakut-nakutiku dan aku sama sekali tidak takut dengan cerita-cerita yang menyeramkan mengenai skripsi. Karena aku sudah sering mengalami hal-hal yang sulit semasa kuliah dan aku percaya dengan diriku sendiri, dan aku tetap optimis kalau aku bisa wisuda secepatnya.
Kadang, ada benarnya juga ketika ada orang yang bilang "Gak semua hal yang kamu dengar itu harus didengarkan. Ada kalanya kita harus menutup telinga serapat mungkin." Mungkin kata-kata ini pas buat salah satu temanku ini. Yang terpenting tetap fokus dan percaya dengan diri sendiri, jangan sampai terpengaruh oleh hal-hal yang justru malah dapat menjerumuskan kita.