Pagi di Kota Bajawa


Masih cerita mengenai tanah Flores, kali ini saya akan bercerita tentang salah satu kota di kabupaten Ngada, Nusa tenggara Timur, yaitu kota Bajawa. Kota bajawa adalah ibukota kabupaten Ngada. Kota Bajawa adalah salah satu kota terdingin di Indonesia, udara pada siang hari bisa mencapai 17 drajat celcius, memasuki malam kota ini akan bertambah dingin, apalagi menjelang pagi.

Daratan Flores memang terkenal dengan tanahnya yang berbukit dan gersang, namun jika kalian masuk ke kota Bajawa, pemikiran anda mungkin akan berubah. Di sini udara sangat dingin, melebihi udara dingin di Dieng Wonosobo. Jangan heran, jika anda menguap di sini, maka akan keluar asap dari mulut anda, mirip di drama-drama Korea.

Pagi itu udara kota Bajawa masih sangat dingin. Kebetulan pada saat itu saya ada pertemuan untuk koordinasi dengan teman-teman dari SM-3T angkatan V untuk penempatan di Kabupaten Ngada. Saya berjalan dari basecamp menyusuri sudut-sudut kota dengan tujuan utama warung kopi dan gorengan. Sambil jalan, saya menikmati lengangnya jalanan kota ini. Kebetulan hari ini adalah hari minggu, jadi mungkin banyak masyarakat di sini yang masih tertidur karena lelah akan aktivias dalam sepekan kemarin. Kalau di Jawa, jam ini adalah jam sibuknya orang-orang yang akan pergi ke pasar untuk belanja bahan makanan maupun bahan pokok lainnya.

Namun pemandangan berbeda terlihat ketika Saya memasuki pasar, di pasar sudah mulai ada aktivitas-aktivitas kecil para pedagang yang akan menjual sayur dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Beberapa pemilik kios dan toko kelontong juga sudah nampak membuka lapaknya.

Saya terus berjalan dengan keadaan mulut dan hidung mengeluarkan asap tipis karena udara yang begitu dingin, sampai akhirnya Saya singgah di warung gorengan pinggir jalan. Kebetulan juga warung ini menjual kopi, jadi sekalian saja saya memesan secangkir kopi untuk menghangatkan tubuh sambil beristirahat.

Warung ini tidak memiliki kios, hanya dengan gerobak sederhana dan sebuah meja kecil dan beberapa bangku panjang untuk menampung pelanggan, kalau di Jawa biasa disebut dengan pedagang kaki lima. Warung gorengan ini juga yang menjual adalah orang dari Jawa sehingga tempat ini tidak pernah kehabisan pengunjung, sebenarnya ini adalah kali kedua saya ke tempat ini, dan ketika Saya ke tempat ini, pelangganya memang tidak pernah sepi. Seperti pada saat itu, bangku-bangku panjang yang memutari meja di tengah hampir terisi penuh oleh para pengunjung yang kebanyakan juga dari orang-orang Jawa yang bekerja di kota Bajawa. Ada beberapa pekerja bangunan sampai ada seorang konsultan yang mampir ke warung gorengan itu sambil ngopi menikmati udara pagi kota Bajawa yang dingin.

Rasanya senang ketika kita berada di tempat yang jauh dari pulau Jawa, lalu kita berjumpa dengan orang-orang Jawa. Kami mulai mengobrol dari topik yang ringan sampai sedikit ngrasani masyarakat lokal sini, namun tidak sampai menuju hal-hal yang berbau SARA. Karena kami semua tahu, Indonesia itu punya beragam budaya dan adat yang beraneka ragam, dan kita sebagai warga yang baik harus terus menjaga keharmonisan diantara keragaman budaya ini.

Setelah membayar uang, akhirnya Saya harus pamit pulang menuju basecamp karena hari juga sudah beranjak siang, dan Saya juga harus berkemas-kemas untuk pulang ke daerah penempatan. Hari ini cukup buat saya untuk menghabiskan waktu di kota Bajawa, semoga besok akan ada cerita lagi tentang perjalanan Saya menjadi seorang pengajar dan pendidik di daerah 3T.

Ini adaah beberapa gambar yang saya ambil,




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel