Untuk Keluarga
Friday, December 11, 2015
Edit
Sudah tak terasa empat bulan aku berada di tempat ini. Empat bulan aku meninggalkan keluarga di rumah, meninggalkan sahabat, meninggalkan pacar yang teramat sabar menungguku pulang dengan selamat dari tempat ini. tak pernah terfikir sebelumnya aku begitu jauh dengan orang-orang terdekatku. Jarak yang hanya bisa dilihat beberapa sentimeter di dalam peta, menjadi amat jauh dalam kenyataannya.
Apakabar Ibu? Setidaknya dalam empat bulan terakhir engkau sudah tidak perlu repot-repot membangunkanku saat pagi tiba. Tidak perlu lagi memarahiku ketika aku melakukan kesalahan. Ibu, masih ingatkah kau saat malam terakhir sebelum pemberangkatanku ke Flores? Dengan kesibukanmu, Kau rela datang jauh-jauh dari rumah menuju Jogja hanya untuk menemuiku. Sudah empat bulan, kangen rasanya makan masakanmu. Maaf ibu, aku di sini jarang sekali mengabarimu. Hanya beberapa kali pesan singkat yang aku kirim untuk menanyakan keluarga di rumah, memastikan rumah dalam keadaan baik-baik saja. Aku di sini pasti selalu mendoakanmu, supaya selalu sehat dan bisa bertemu denganku lagi.
Apakabar bapak? Lama sudah kita tidak bercanda, lama sudah kita tidak belajar nyetir bareng. Semoga engkau sudah semakin lancar dalam mengendarai mobil, dan semoga tidak nyrempet orang lagi seperti tempo hari. Bapak, semoga engkau juga tidak lagi kena marah ibu gara-gara koleksi burungmu bertambah ya? Bapak, aku sedang menabung uang di sini untuk membelikanmu sarung tenun khas Flores sebagai oleh-oleh dari kerja kerasku selama ini. Maaf bapak, dulu di rumah aku tak pernah membantumu membersihkan kebun dan mengambil ikan di kolam. Sudah sebesar ini, aku baru sadar akan tanggung jawab yang aku pegang untuk kehidupanku di esok hari. Bapak, semoga kau sehat selalu dan tahun depan, kita akan bersama-sama duduk di ruang tamu sambil minum kopi menceritakan pengalaman hidupku di sini.
Apakabar Mbah? Terakhir kita bertemu kau memberiku uang 100 ribu untuk bekalku di sini. Sebenarnya aku tak enak menerimannya, bukannya aku tak butuh. Namun, kaulah yang lebih membutuhkannya, Mbah. Saat itu, aku berjanji akan mengganti uang itu, Mbah. Namun kemarin aku mendapat kabar kau telah tiada. Sedih rasanya, kau meninggalkanku sebelum kita dapat berjumpa lagi. Kau yang mengasuhku dari kecil saat ditinggal ibu dan bapak mengajar. Kau dengan sabar mengasuh aku dan beberapa cucumu dengan penuh kesabaran. Sekarang semoga kau bisa hidup tenang bersama-Nya. Aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya bisa mendoakanmu dari sini, Mbah. Semoga kau bisa tenang dan bertemu dengan Mbah kakung, jangan lupa sampaikan salamku padanya, dari cucumu yang gemar merepotkan ini.
Empat bulan, semua hal bisa terjadi dala kurun waktu empat bulan itu. Semoga di sisa pengabdanku di sini, banyak kenangan manis yang aku dapatkan.
Aimere, 11 Desember 2015.
Apakabar Ibu? Setidaknya dalam empat bulan terakhir engkau sudah tidak perlu repot-repot membangunkanku saat pagi tiba. Tidak perlu lagi memarahiku ketika aku melakukan kesalahan. Ibu, masih ingatkah kau saat malam terakhir sebelum pemberangkatanku ke Flores? Dengan kesibukanmu, Kau rela datang jauh-jauh dari rumah menuju Jogja hanya untuk menemuiku. Sudah empat bulan, kangen rasanya makan masakanmu. Maaf ibu, aku di sini jarang sekali mengabarimu. Hanya beberapa kali pesan singkat yang aku kirim untuk menanyakan keluarga di rumah, memastikan rumah dalam keadaan baik-baik saja. Aku di sini pasti selalu mendoakanmu, supaya selalu sehat dan bisa bertemu denganku lagi.
Apakabar bapak? Lama sudah kita tidak bercanda, lama sudah kita tidak belajar nyetir bareng. Semoga engkau sudah semakin lancar dalam mengendarai mobil, dan semoga tidak nyrempet orang lagi seperti tempo hari. Bapak, semoga engkau juga tidak lagi kena marah ibu gara-gara koleksi burungmu bertambah ya? Bapak, aku sedang menabung uang di sini untuk membelikanmu sarung tenun khas Flores sebagai oleh-oleh dari kerja kerasku selama ini. Maaf bapak, dulu di rumah aku tak pernah membantumu membersihkan kebun dan mengambil ikan di kolam. Sudah sebesar ini, aku baru sadar akan tanggung jawab yang aku pegang untuk kehidupanku di esok hari. Bapak, semoga kau sehat selalu dan tahun depan, kita akan bersama-sama duduk di ruang tamu sambil minum kopi menceritakan pengalaman hidupku di sini.
Apakabar Mbah? Terakhir kita bertemu kau memberiku uang 100 ribu untuk bekalku di sini. Sebenarnya aku tak enak menerimannya, bukannya aku tak butuh. Namun, kaulah yang lebih membutuhkannya, Mbah. Saat itu, aku berjanji akan mengganti uang itu, Mbah. Namun kemarin aku mendapat kabar kau telah tiada. Sedih rasanya, kau meninggalkanku sebelum kita dapat berjumpa lagi. Kau yang mengasuhku dari kecil saat ditinggal ibu dan bapak mengajar. Kau dengan sabar mengasuh aku dan beberapa cucumu dengan penuh kesabaran. Sekarang semoga kau bisa hidup tenang bersama-Nya. Aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya bisa mendoakanmu dari sini, Mbah. Semoga kau bisa tenang dan bertemu dengan Mbah kakung, jangan lupa sampaikan salamku padanya, dari cucumu yang gemar merepotkan ini.
Empat bulan, semua hal bisa terjadi dala kurun waktu empat bulan itu. Semoga di sisa pengabdanku di sini, banyak kenangan manis yang aku dapatkan.
Aimere, 11 Desember 2015.