Jelajah Flores: Riung, Salah Satu Surga Tersembunyi
Monday, January 11, 2016
Edit
Satu
lagi destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat kalian tengah berlibur di
Flores, khususnya di kabupaten Ngada. Tepat 2 hari setelah saya mengunjungi
Labuan Bajo, kembali saya melanjutkan perjalanan menikmati keindahan pulau
Flores, dan kini satu destinasi wisata yang saya kinjungi adalah Riung.
Kebetulan saya dan beberapa pengajar SM-3T sedang libur semester, jadi kami
manfaatkan betul momen ini untuk lebih mengenal wilayah Flores, bukan hanya
destinasi wisatanya namun juga budaya dan adat yang terdapat di sini.
Riung
terletak di sebelah utara kabupaten Ngada. Perjalanan saya mulai dari kota
Bajawa, ibukota kabupaten Ngada. Dingnnya kota Bajawa menyambut saya dan teman-teman
ketika akan menaiki bus yang sudah di pesan sebelumnya. Kebahagian terpancar
dari wajah teman-teman pengajar SM-3T yang mungkin sudah menantikan liburan
bersama di penghujung tahun 2015 ini. Banyaknya beban tugas dan masalah-masalah
di penempatan masing-masing menjadikan liburan kali ini jadi sebuah sarana
untuk melepaskan segala rasa kejenuhan yang mengendap.
Jalan
dari Bajawa menuju Riung bisa ditempuh kurang lebih 3 jam. Pada mulanya, jalan
memang masih bagus dengan sedikit kelokan dan tanjakan. Namun hal tersebut
tidak berlangsung terlalu lama. Jalan yang tadinya aspal hotmix berubah menjadi
jalan aspal yang tingkat kerusakannya mungkin mencapai 60%. Beberapa kali bus
yang kami naiki mengerang saat mencoba menaklukan jalan tanjakan yang berhias
lubang-lubang kecil tak beraturan. Hujan saat itu juga menjadikan medan yang
kami lalui menjadi berat. Ketenangan, kecekatan, dan pengalaman sang
pengemudi bus sangat berperan dalam
kondisi seperti ini hingga kami sampai dengan selamat di Riung.
Akhirnya
setelah perut kami dikocok-kocok di dalam bus, sampailah kami di Riung. Kami
turun di penginapan Bintang Wisata, salah satu penginapan yang berada di dekat
dermaga Riung. Saat itu hari sudah sore, saya pun memutuskan untuk beristirahat
sejenak di kamar penginapan sambil ngobrol santai dengan teman-teman.
Keesokan
harinya, kami semua sudah siap untuk menikmati Riung. Kami berencana akan
menyinggahi beberapa pulau di gugusan Taman 17 Pulau Riung. Kapal motor sudah
siap, saya dan beberapa teman juga sudah mulai berkemas-kemas masuk ke kapal
dengan panjang sekitar 7 meter itu. Tak seperti kapal di Labuan Bajo, kapal
motor di sini berukuran lebih kecil dan langsing.
Sebelum
saya menjejakkan kaki di salah satu pulau di gugusan taman 17 Pulau Riung,
kapal motor yang kami tumpangi menepi di pulau kelelawar untuk melihat koloni
kelelawar yang mendiami pulau itu. Karena saat itu air sedang surut, kami tidak
bisa terlalu dekat menepi di pulau kelelawar. Salah seorang tour guide turun
dari kapal salah satu rombongan. Dia mendekat ke pulau sambil membawa petasan
kembang api. Tidak lama kemudian terdengar bunyi letusan kembang api yang
membangunkan ratusan keleawar yang tengah tertidur di atas pepohonan.
Suara
tepuk tangan dari rombongan pengajar SM-3T pun pecah. Ratusan kelelawar mulai
panik dan beterbangan menjauh dari pepohonan di dekat bibir pantai. Saya hanya
bisa takjub melihat pertunjukan tadi, namun hati kecil saya juga kasihan
melihat kelelawar yang panik dan terganggu saat jam tidur mereka. Tapi, inilah
yang menjadi salah satu daya tarik ketika kalian mengunjungi Riung 17 Pulau.
Puas
melihat kelelawar kocar-kacir, perjalanan kami lanjutkan ke pulau Bakau untuk
menikmati keindahan alam bawah laut Riung dengan cara snorkeling. Hanya 30
menit saja dari pulau kelelawar menuju pulau Bakau. Udara panas yang dari tadi
menyengat membuat saya tidak sabar untuk nyemplung
di perariran laut pulau Bakau. Hanya sesaat setelah kapal motor menurunkan
jangkarnya, beberapa teman sudah mulai berenang di laut. Sempat ragu
sebelumnya, tapi setelah saya dipinjami pelampung oleh salah satu awak kapal
motor semua rasa ragu itu hilang dan saya langsung berenang sepuasnya di laut.
Beberapa teman ada juga yang snorkeling dan selfie bersama.
Berenang
di laut lepas seperti ini membuat jiwaku terasa bebas, semua beban mengajar
yang selama ini mengendap di dalam jiwa serasa larut bersama dengan keindahan
taman Laut Riung 17 Pulau. Setelah puas berenang, perjalanan kami lanjutkan
menuju pulau Rutong untuk istirahat dan makan siang di sana. Kami memang
sengaja membawa bekal makanan berupa ikan laut untuk dimakan di pulau Rutong.
Sambil beristirahat, saya menuju ke atas bukit pulau Rutong bersama beberapa
teman. Sungguh indah pemandangan dari atas bukit pulau Rutong. Udara panas yang
sangat menyengat pada saat itu seperti hilang begitu saja ketika saya melihat
pemandangan yang begitu menakjubkan dari atas bukit. Hamparan laut yang berhias
pulau-pulau kecil di sekelilingnya membuat Riung tampak begitu cantik.
Matahari
rupanya sudah nampak akan tenggelam, setelah kami selesai makan akhirnya kami
pun bergegas keluar dari pulau Rutong. Gerimis mulai turun dan gelombang laut
kini bertambah besar. Kapal yang kami tumpangi sempat berputar beberapa kali
untuk menghindari terjangan gelombang besar ini. Kini suasana berubah mencekam,
kapal yang kami tumpangi tampak tak berdaya menahan terjangan gelombang laut
yang kurang bersahabat pada sore itu. Pada saat itu, yang ada di dalam
pikiranku adalah cepat sampai di dermaga. Naik kapal dengan terjangan gelombang
seperti itu adalah pengalaman pertamaku. Namun, akhirnya kapal yang kami
tumpangi berhasil merapat dengan selamat di dermaga Riung. Semua mulai senang,
wajahku yang penuh ketegangan juga sudah mulai mencair ketika saya menginjakan
kaki di dermaga Riung.